Hany n Nabiel

Saturday, March 29, 2008

Nikmat mana




Alhamdulillah,

Hany sekarang sudah 22 bulan, tak sabar rasanya menunggu umurnya 2 tahun. Tidak ada yang istimewa, Ashany masih harus potty training, masih harus disuapi kadang2, walaupun dia lebih suka makan sendiri di kursinya. Nabiel, walaupun kemarin baru jatuh dari cribnya (dengan rasa menyesal yang mendalam Nak), dan kena ear infection (juga karena Mamanya yang tak kunjung sembuh infeksinya), sudah berani berdiri sendiri dan jalan sambil pegangan di usianya yang 9 bulan ini. Makannya banyak, walaupun kata orang dia kurang susu, well, dia memang ga mau minum susu botol, sedangkan induknya juga tak senang minum susu, karena bisa jadi trigger muccous yang tebal di tenggorokan.

Laju layar bahtera kami hampir mendekati 3 tahun, dengan 2 anak yang masih batita ini, hempasan tak jarang melanda. Katanya begitulah pernikahan itu, diombang-ambingkan ombak, kadang2 terhempas ke karang-karang dan harus melewati badai ditengah perjalanan dan hujan yang tiada henti. Sauh pun jarang sekali disandarkan, karena harus mengejar matahari di ujung sana. Tak jarang katanya, kapal akan karam ditengah lautan atau sang kapten kehilangan arah atau kehilangan teman dalam satu tujuan. Entahlah, ibarat kapal, perjalan kami hanya baru membuang sauh dan tak jauh dari bandarnya, semoga kami mampu menghadapi semua aral melintang.

Sebagai individupun aku tak jarang bertanya pada diri sendiri, sudahkah aku bersyukur untuk hidupku sekarang ini? Terlepas dari tuntutan sebagai seorang istri dan ibu, aku juga individu yang butuh recharge. Gerak langkahku memang tak jauh, tidak bukan karena beban dua anak, tapi terlebih karena kondisi mental yang belum kuat, selalu terbentur akan sesuatu yang sebenarnya absurd, sehingga langkah kaki ini selalu terjegal. Tak jarang aku hanya duduk di depan komputer, bertanya pada diri sendiri, "Ok, hari ini mau apa."Betapa lucunya, aku bersandar pada benda tipis ini, bertanya pada jaringan optik ini. Lucu!

Padahal ada dua pasang tangan mungil yang ikut mengetik tuts ini dan yang juga kadang2 menarik2 bajuku, mencoba mencuri perhatianku supaya bisa bermain dengan mereka. Aku tak yakin mereka mau main komputer, mereka hanya ingin bermain dengan ibunya. Sang ibu kadang2 hanya menepis tangan2 kecil itu, atau memberikan mainan yang lain supaya perhatian mereka beralih. Dan dalam waktu 2 menit tangan2 kecil itu sibuk dengan mainan baru itu, tapi kembali mencari perhatian sang bunda. Maafkan ya Nak.

Kurun waktu sebagai ibu, tak jarang aku heran, apa nikmatnya menjaga anak? Tapi sekarang baru aku sadari, menjaga anak itu sebuah karunia yang tiada henti. Pagi-pagi Nabiel sudah merengek minta turun dari tempat tidur, si bayi 9 bulan ini ingin bertemu dengan temannya si Moose A Moose nya Noggin. Kalau sudah ketemu, maka bahagialah dia dan berhenti merengek-rengek. Si Kakak akan bangun setelah jam 10, dan akan ikut gabung dengan adiknya. Aku pun akan ke dapur, mencuci piring sisa malam kalau ada, menjerang air, memasukkan cereal ke mangkuk Hany dan Nabiel, menuanginya dengan susu atau air, plus menambahkan sweet patato atau carrot ke mangkuknya Nabiel. Kemudian menuang air ke termos, menyeduh teh buatku sendiri, dan kembali ke kamar menyuapi anak2ku. Mana bagian suami? Hehehe, dia sudah pergi mengais rezeki setelah sholat subuh dan cukup mengerti bahwa aku tak bisa melayaninya di waktu breakfast setelah lelah dengan Nabiel yang tak pernah nyenyak tidur. Terima kasih atas pengertianmu.

Sambil menyuapi Nabiel dan memperhatikan dan sekali sekali mengingatkan Hany supaya jangan belepotan sarapannya, aku pun sarapan dengan sesekali menyendok dari cerealnya Hany. Selesai sarapan, biasanya Hany dan Nabiel akan main dan nonton tivi dan akupun mulai dengan pertanyaan, "What's for today." Jika ada resep baru atau keinginan makan yang baru, baru aku akan ke dapur, untuk melihat isi "fridge" yang ada. Tak jarang aku tak punya apapun, tak apa, nanti suami pulang akan kusuruh mampir ke toko Korea untuk beli telur, atau gimana kalau menu hari ini cuma rebus Indomie?

Makan siang pun, adalah suasana dimana Hany dan aku dalam satu piring. Tak apalah, cara ibuku ketika mendulangi aku, aku dibiarkan lari kesana kemari terus kalau lapar akan kembali ke ibuku, seperti itulah Hany dan Nabiel, jadi high chair yang berharga 50 dollar itu cuma benda menganggur. Sayang, uang segitu banyak. Yah kami masih sangat susah, sementara begitu banyak bill yang harus dibayar, sementara Hany dan Nabiel bisa menunggu, kok bisa? Ya bisa, karena aku tak pernah kuatir dengan masa depan Hany dan Nabiel.

Bahagia, ya begitulah. Sampai sore setelah napping sebentar, Hany dan Nabiel akan terus bergayutan di hatiku, bermain, tertawa, menangis, merengek, begitu terus. Teriakan No, jangan, please, tolong mewarnai hari2ku. Tuhan, nikmat mana yang aku ingkari lagi?

Labels:

Sakinah Mawaddah Wa rahmah, Marjo's family
Daisypath Ticker