Hany n Nabiel

Monday, October 24, 2005

Unrelated (believe me, trust me)

Apa yang terlupa yah, banyak, sengaja atau tidak itu memang “terlupa”. Atau ada kata terpaksa di situ, mengekor satu perasaan tadi yang kau sebut-sebut, “Aku rindu…”. Terlupa sejak kapan?
Satu dua memori itu seperti sebuah scene yang bergantian datang di otak. Sebentar,
“Kemarin aku makan lamb,” Uenak,” tiba-tiba saja aroma daging panggang menjenguk hidung sebentar.
Terlupa. Tadi ada jeda dalam otak, coba untuk berkonsentrasi pada satu titik. Ah lupa , atau terlupa?
“Masih terasa sedapnya,”
“Bicara apa kamu,”
“Itu, daging kambing yang di “oven” kemarin, enak, slrup slurp,”
“Ah itu lagi itu lagi,”
Apa yang membuat terlupa? Begini, ada sekawanan memori jahat yang mencoba untuk mengorek-orek kerinduan itu. Padahal sudah dipagar dengan optimisme masa depan, masih saja bisa bobol.
Jadi? Boleh dong meng’excuse’kan lupa, wajar dong, namanya manusia.
“hmmm, semerbak ‘I love Cilantro’ , gilaa aku masih membauinya, oh daging kambing panggang dalam oven,”
“mulai lagi deh dengan imaji mu tentang the last bite of lamb kemarin, sudah, sudah, besok saja kembali, kalau mau fokus cerita”
“BLAMMMMM”
Dan pintu itu tertutup.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home

Sakinah Mawaddah Wa rahmah, Marjo's family
Daisypath Ticker