Mengapa Wanita Islam Memakai Jilbab?
Terima kasih Senaz, untuk tag nya. Saya refer ke website ini, untuk penjelasan secara agama Islam dan insyaAllah lebih mendetail. Merujuk ke blognya Senaz, kayaknya saya harus menceritakan asal mula mengapa memakai jilbab.
InsyaAllah yang utama memang karena jilbab itu wajib. Mulanya berjilbab? Begini ceritanya...
Saat saya kelas I SMA, saya ikut kegiatan Palang Merah Remaja. Saya berkenalan dengan seorang kakak kelas yang asyik orangnya. Nah, kita ini nyambung, ngobrol ok, kesana kemari ok, namanya Kak Budi. Bukan hanya dia yang baik, ternyata keluarganya juga sama baiknya.
Then, apa hubungannya dengan jilbab? Nah, beliau ini kebetulan memakai jilbab, kakak dan adiknya juga. Tapi, beliau ini tidak pernah menyinggung-nyinggung tentang wajibnya pakai jilbab, jadi ketertarikan saya berawal dari mereka ini.
Kemudian saya bertanya-tanya tentang jilbab dan kewajiban memakainya. Kebetulan pada saat itu di sekolah kita, SMA Negri 5 Medan, lagi ngadain Pesantren Kilat (ga pake halilintar loh), saran mereka supaya saya ikut sebagai salah satu pesertanya, so I will know much more. Di situlah saya belajar tentang jilbab dan kewajibannya, ya cuma sebentar, mungkin 4-5 hari, tapi sudah membulatkan tekad saya untuk berjilbab dan alhamdulilah itu bukan euphoria saja, sampai sekarang saya tetap istiqomah, berati kalau di hitung-hitung sudah hampir 14 tahun (1993-sekarang) dan insyaAllah forever sampai maut menjemput. Dan setelah itu sayapun aktif di acara-acara keislaman, dan juga sedikit2 ikut mengaji.
Kalau ditanya tentang kendala, sebenarnya tak ada yang significant, saya tidak menganggap bahwa berjilbab membuat saya banyak mendapat kesulitan atau diskriminasi, tidak berjilbabpun saya mungkin masih banyak masalah dan diskriminasi. Tapi 'tantangan' yang pertama datang tentu saja dari keluarga saya sendiri. Bukan berati karena ortu saya tidak mengerti agama, tapi pada masa itu, jilbab belumlah 'terkenal' seperti sekarang dikeluarga saya. Sayalah yang pertama menggunakan jilbab, means kain kerudung yang benar-benar menutup rapat, karena ibu saya sudah ber'songkok' sejak lama.
Pertanyaan yang pertama datang dari keluarga saya adalah tentang kesiapan saya berjilbab, benar-benar atau cuma ikut-ikutan, apakah tidak takut nanti susah cari kerja, begitulah kira2 yang mereka khawatirkan. Saat itu, jawaban saya cuma satu, Allah yang mengatur rezeki. Dan alhamdulilah, saya tidak begitu sulit mencari pekerjaan sejak tamat dari kuliah, saya bekerja di sini, sini dan sini (alhamdulillah semuanya formal). Cuma, pengalaman mempertahankan jilbab ini lumayan banyak loh. Yang pertama ketika saya tamat SMA, karena berjilbab saya dipanggil menghadap wakasek bersama beberapa jilbabler lainnya, dan sedikit agak ditakuti tentang pasphoto berjilbab di izajah, sama seperti warning dari keluarga, pada guru di situ juga menekankan bahwa berjilbab akan menyulitkan kami mencari pekerjaan atau bahkan untuk ikut UMPTN. "Yang naik haji saja pasphotonya gak pake jilbab,sudahlah jangan cari susah." Begitu hasut guru2 kami. Namun, kami tetap teguh (ceileee) pasphotonya tetap pakai jilbab."Ya sudah, kalau begitu tanda tangani nih pernyataan, kalau kalian tidak akan mengganti ijazah dikemudian hari." Dan kami pun setuju.
Sepertinya tantangan seperti di atas tidak berhenti sampai tamat SMA saja, sewaktu tamat kuliah dari USU, saya juga dipanggil oleh petugas dari Dekanat untuk membuat pernyataan yang sama seperti di SMA dulu, di atas kertas bermaterai, bahwa tidak akan mengganti ijazah karena pasphoto yang berjilbab. Well, no problemo! Untunglah untuk pengurusan passport dan surat2 penting lainnya tidak ada hal-hal seperti ini. Pengurusan visa ke Amerika pun saya tetap berjilbab ^_^. Pembuatan drive license di Illinois ataupun di New York, tak ada masalah, tetap berjilbab. Penghargaan dalam hal agama di AS sini cukup tinggi (katanya mereka takut di sue kalau "broke the amandement"), yahhh walaupun masih kedodoran juga sana sini.
Soal diskriminasi, ya tetap saja ada. Sebenarnya karena prinsip "you do not look like me", means, "tidak putih (white) dan muslim pula", so sudah jelaslah ada sedikit rasa itu. Tapi kalau di daerah yang tidak banyak immigrantnya seperti daerah di sekolah saya, mereka lebih menghormati, apalagi wajah Asia dan berjilbab seperti saya, kan mereka jadi curios, "what are you?" hehehehe kayak nanya makanan aja. But, kalau di NY, apalagi daerah Brooklyn, Queens, Manhattan huehehehehe, ga akan ada yang curious, soale semuanya hampir immigrant. "Ah gue dah tau elo darimane, sama-sama dari third world country kan," hihihihi begitu kali yah pemikiran orang2 semua. Nah malah yang jadi di 'curious'in itu orang bule amerika, "loh kok ada bule amerika sih di Brooklyn," huahehehehehe, soalnya kalo bule kebanyakan dari Eropa. So, kalau ada diskriminasi di NY ini ya saya maklum aja, soalnya sesama pendatang juga kadang saling mendiskriminasi dan saling merendahkan, malah kadang-karang pendatang merendahkan orang amerikanya sendiri, misalnya sama orang item, hihihihi, merasa dirinya putih kali.
So, begitulah, alasan saya memakai jilbab, ya karena itu wajib. Karena sudah mendarah daging, serasa tanpa jilbab berpakaian itu belum lengkap. Dan mudah-mudahan jilbab saya bukan hanya penampilan doang, tapi insyaAllah semakin mendekatkan saya ke kategori orang yang taqwa. Amiiinnn ya Rabbal Alamiinnn.
1 Comments:
aaaah..panjang bgt perjalanannya ya mba..
alhamdulillah tetep keukeuh tuk memakai jilbab..btw, emang dulu sebegitunya ya kl pake jilbab di indo??..aku malah baru tau..
pdhal kl sekarang dimana2 bnyk bgt cewe berjilbab di jkt..
Post a Comment
<< Home