Di subway
Perjalanan menuju mesjid Indonesia dari Brooklyn memakan waktu lebih dari satu jam, Letak Brooklyn yang kearah barat, dari subway cuma bisa kuraih dengan train Q yang disambung dengan R di 34th street.
Perjalanan menuju mesjid Indonesia adalah sarana tidur siang yang paling nyaman buat Hany. Dia bisa tidur terus sampai nyampe ke mesjid. Hany tidak terganggu dengan bisingnya suara roda kereta yang bergesakan dengan relnya, yang kadang2 mendenyit memekakkan gendang telinga. Atau debuman keras gerbong2 yang terhempas sesekali ke relnya, juga tidak membangunkan Hany dari ritual indahnya.
Seringkali orang bertanya, wah jauh banget yah, kok naik subway sih, kasihankan si Hany. Subway yang benar2 sebuah jalan yang dibawah jalan, adalah tempat gelap yang kelam dan identik dengan kotor. Tapi kebanyakan di negara2 maju, subway adalah tempat yang lumayan bersih, nyaman dan aman bisa dibilang. Musim panas di dalam subway ada pendinginnya walaupun di platform nya ga ada, musim dingin pasti dong ada pemanasnya. Penjahat? ada juga , orang baik? mmm banyak kok, penolong? bisa diharapkan, pencuek? Ada juga.
Hari itu, perjalanan kereta Q yang berhenti di 34th st melegakan. Ketika pintu di buka cepat2 kudorng strollernya Hany keluar, soalnya tepat di sebelah ada R train yang lagi mangkal. Agak celingukan di depan tangga ( ga tau kenapa), tiba2 seseorang memanggilku dari atas tangga.
"hey, do you need help?" Biasa kudengar seperti ini.
kudongakkan kepala keatas, dan hey ....cepatnya otakku berinteraksi dengan oragan tubuh yang lain, hati.
"Yeah,"
Dan dengan gagahnya dia turun beberapa undakan tangga dan memegang strollernya Hany dan hup hup kita sudah ada di Mezzanine.
"thanks," kataku dan kubiarkan dia berlalu, dan aku pun tertegun dengan seyum stupid. Why?
Karena aku ga perlu naik tangga untuk ganti train, soalnya kan aku sudah bilang diatas, R train sudah mangkal di sebelah Q train yang berhenti tadi. Aku sebenarnya tinggal melangkah saja, so Why?
Karena ada seseoarang yang menawarkan jasanya kepada seorang ibu dan strollernya yang celingukan seperti aku, dan tawaran itu datang dari sebuah bangsa yang "di kutuk Allah". Apakah aku bersimpati pada lelaki bertopi bundar kecil yang ditaruhnya tepat di tengah ubun2 kepalanya, yang memiliki jambang, kumis, dan berjanggut panjang dan berpakain hitam putih tersebut? Ah entahlah, yang aku tahu otak dan hatiku berinteraksi bahwa aku yang berjilbab ini tak mau "memicu perang" di subway seperti yang terjadi di sisi lain dunia ini, hanya karena menolak ditolong oleh seorang lelaki bertopi bundar yang dirauh tepat di tengah ubun2 kepalanya, yang berjambang, berkumis dan memiliki janggut panjang dan berpakain hitam putih. Dia hanya seperti kebanyakan orang, ingin menolong seorang ibu dengan stroller ditangannya dan celingukan.
Di atas kereta R train tak henti aku terseyum sendiri, senyum yang berisi kebodohan atau entahlah, dasar.......
pic, courtesy of http://i1.trekearth.com/photos/21382/subway.jpg
2 Comments:
Aku juga sesekali bawa keluarga naik subway..asyik emang,ketemu banyak orang .
Jadi kemaren itu naik subway toch!Pantesan pulangnya gag ketauan , ato akunya yang sok sibuk hihihi..
Eniwey minggu depan minang maimbau yg nyiapin buka puasa , jan lupa datang yah?
Subhanallah.Kita sebagai umat Rosul harus juga ngikuti budi pekerti dia.
Post a Comment
<< Home