Refleksi
Suatu hari ketika kami berkunjung ke salah satu apartemen teman di bilangan downtown Chicago, aku belajar satu kebaikan yang dapat diajarkan orang tua kepada anaknya.
Teman kami, sebutlah, Nyonya, wanita berumur 29 tahun dengan 6 anak ini benar-benar sosok ibu yang lemah lembut terhadap anak-anaknya yang benar-benar super aktif. Tapi ada satu hal yang membuatku semakin terpesona. Kecintaanya terhadap anaknya dituangkan dengan larangan yang berbentuk religius.
“Kids, we don’t watch magic show….” Begitu larangannya ketika anaknya menggnati channel ke tayangan Sabrina “The Teenage Witch”.
Walaupun ida masih melegalkan anak-anaknya main play station, tapi bukan game yang mengandung kekerasan, Cuma game Shrek atau Barbie.
Ketika suatu saat salah satu anak gadisnya mendekat, sebutlah Anisa, dan memandang wajahku yang berbeda darinya, dia berkata,
“Excuse me, are you Chinese? Do you live in China Town? You know, you can just walk from my apartment to China Town? Aku menggelengkan kepala dan tersenyum. Belum sempat aku menjawab, tiba-tiba adiknya berteriak,
“She is Mu Lan !!!!” sambil menunjuk-nunjuk kearahku.
Si Kakak bertanya lagi padaku,”Whre is your Mom?”
Kudekati dia, dan kupeluk, “ My Mom passed away few months ago.”
“Oh, don’t be sad, my Mom said, everybody will die someday, and she also told us that everybody is different, like you and me.” Tangannya meraih wajahku dan ditatapnya mataku.
MasyaAllah, anak sekecil ini bisa begitu bijaksananya. Kutatap wajahnya sambil tersenyum dan mengucapkan terima kasih, kupeluk erat dan kukecup keningnya. Wahai teman, alangkah bahagianya dirimu bisa membentuk putrimu sebijaksana itu walaupun masih kecil.
Sementara si adik masih berteriak-teriak, “Mulan, Mulan,”menunjuk ke arahku……
2 Comments:
Nov,
Your mom passed away? :-(
So Sorry......
Jadi kamu gak pulang ke Medan?
Duh...... :-(
bukti bahwa kearifan tumbuh di ladang yang bersih dari ilalang kedhaifan yang muncul berulang-ulang. anak mungkin sebuah contoh yg jitu tentang itu.
Post a Comment
<< Home